Merawat Demokrasi

By GCED ISOLAedu

PoliticsEducationBusiness
Share:

Key Concepts:

  • Indeks Demokrasi Dunia (The Economist Intelligence Unit)
  • Demokrasi tidak sempurna (flawed democracy)
  • Watak feodalistik dan kapitalistik
  • Kebebasan (Liberty), Kesetaraan (Equality), Persaudaraan (Fraternity)
  • Kebebasan Alamiah (Natural Liberty) vs. Kebebasan Kewargaan (Civil Liberty)
  • Solidaritas Kewargaan
  • Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup
  • Privatisasi dan peminggiran Civic
  • Budaya Kewargaan (Civic Culture)
  • Sipil Religion (Civil Religion)

1. Laporan Indeks Demokrasi Dunia 2020 oleh The Economist Intelligence Unit:

  • Norwegia meraih skor tertinggi (9,81).
  • Korea Utara memiliki skor terendah (1,08).
  • Rerata skor indeks demokrasi dunia menurun menjadi 5,37 (terendah sejak 2006).
  • Indonesia berada di peringkat ke-64 dengan skor 6,3 (menurun dari 6,4 tahun sebelumnya).

2. Akar Persoalan Demokrasi di Dunia Ketiga (Termasuk Indonesia):

  • Bukan hanya problem legal, tetapi problem hati dan pikiran.
  • Kombinasi watak feodalistik (memuja hirarki) dan kapitalistik (memuja egoisme dan kerakusan).
  • Demokrasi dirayakan dengan kebebasan tanpa kesetaraan dan persaudaraan.

3. Konsekuensi Kebebasan Tanpa Kesetaraan dan Persaudaraan:

  • Berkembangnya kebebasan alamiah (Natural Liberty) yang mengedepankan kepentingan sendiri dan golongan, sehingga timbul oligarki. Mengabaikan kebebasan Kewargaan (Civil Liberty) yang memperjuangkan kebaikan hidup bersama (common good).
  • Tidak memiliki ikatan solidaritas Kewargaan dan pertautan imajinasi kebangsaan.
  • Produk perundang-undangan hanya mengukuhkan kemapanan dan status quo, mengingkari cita rasa keadilan dan keadaban publik.
  • Prosedur pemilihan langsung hanya membentangkan karpet merah bagi dominasi oligarki feodalistik dan kapitalistik.
  • Kehilangan basis moral.

4. Inkonsistensi Pengamalan Pancasila:

  • Sila Ketuhanan Yang Maha Esa: Manusia dipandang setara di depan Tuhan, tetapi tidak di depan sesama manusia.
  • Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: Keadilan dan keadaban dalam komunitas politik penuh diskriminasi, eksklusi, dan permusuhan.
  • Sila Persatuan Indonesia: Persatuan berdiri di atas kepentingan perseorangan dan golongan tanpa kesanggupan merajut kekuatan semua untuk semua.
  • Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan: Negara persatuan dan semangat permusyawaratan dalam komunitas politik dengan dominasi partai politik yang menyulitkan agregasi kekuatan lain dan menepikan proses deliberatif yang inklusif dan bijaksana.
  • Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: Ketimpangan sosial yang tajam, ketidaksetaraan dalam akses terhadap pendidikan, kesehatan, pekerjaan, pemodalan, dan privilege politik oleh oligarki keturunan dan pemodal.

5. Kekhawatiran Alexis De Tocqueville dalam Democracy in America:

  • Pasar menciptakan kondisi demokrasi dengan raga yang bebas, tetapi jiwanya diperbudak.
  • Demokrasi di bawah hegemoni watak feodalistik dan kapitalistik meminggirkan kepentingan umum dan peran warga.

6. Peringatan Benjamin Barber:

  • Penetrasi pasar pada demokrasi bisa memprivatkan warga negara, meninggikan aku di atas kita.
  • Ideologi privatisasi memandang pilihan sebagai sesuatu yang pribadi, bukan kehendak bersama.
  • Kapitalisme tanpa ketahanan budaya Kewargaan (Civic Culture) yang invasif bisa menggerus kebajikan publik dan demokrasi di titik terdalamnya, yaitu individu.

7. Solusi untuk Menyehatkan Demokrasi Indonesia:

  • Tidak hanya gonta-ganti prosedur dan perundang-undangan, tetapi menyembuhkan sisi kejiwaan demokrasi.
  • Membutuhkan kekuatan spiritual untuk merekatkan kembali tenunan Kewargaan yang robek.
  • Politik dikembalikan sebagai seni mulia mengelola Republik demi kebajikan kolektif.
  • Politik adalah budaya Kewargaan (Civic Culture) yang menunjukkan rasa memiliki dan mencintai kota/republik, bukan sekadar mencari makan dan kepentingan sendiri.

8. Penguatan Ikatan Kewargaan:

  • Berbasis kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan yang menumbuhkan emosi publik.
  • Seperangkat keyakinan, nilai, simbol, dan ritual bersama (Sipil Religion/Civil Religion).
  • Setiap warga harus bisa menyatu dalam spirit kolektif Kewargaan di bawah tuntunan Sipil Religion yang membawa bangsa menuju kebaikan dan kebahagiaan hidup bersama.

9. Menumbuhkan Emosi Publik dalam Spirit Pancasila:

  • Tidak melalui pemaksaan dan penyeragaman (seperti fasisme), tetapi melalui jalan-jalan estetis dan kesukarelaan.
  • Memperluas ruang perjumpaan, merentangkan jaring konektivitas, memperkuat inklusivitas, merayakan festival keberagaman senasib sepenanggungan.
  • Menyemai hal ini di jantung pendidikan, utamanya melalui MK UU Pendidikan Pancasila dan pendidikan kewarganegaraan.

10. Synthesis/Conclusion:

Demokrasi di Indonesia mengalami penurunan kualitas akibat kombinasi watak feodalistik dan kapitalistik yang menggerus nilai-nilai kesetaraan dan persaudaraan. Solusinya adalah memperkuat budaya Kewargaan (Civic Culture) melalui pendidikan dan penanaman nilai-nilai Pancasila secara konsisten, serta menumbuhkan emosi publik yang inklusif dan sukarela. Hal ini memerlukan perubahan paradigma dari kebebasan individualistik menuju kebebasan yang bertanggung jawab secara sosial dan kolektif.

Chat with this Video

AI-Powered

Hi! I can answer questions about this video "Merawat Demokrasi". What would you like to know?

Chat is based on the transcript of this video and may not be 100% accurate.

Related Videos

Ready to summarize another video?

Summarize YouTube Video