Kuliah Umum Profesor Vedi Hadiz: Perkembangan Ilmu Sosial Di Indonesia

By IndoProgress TV

EducationBusinessFinance
Share:

Key Concepts

  • Otonomi Ilmu Sosial
  • Struktur Kekuasaan
  • Perang Dingin & Orde Baru
  • Liberalisme & Kekuatan Modal
  • Modernisasi vs. Marxisme
  • Positivisme vs. Imajinasi Sosial
  • Pembangunanisme & Kroni Negara
  • Masyarakat Madani & Good Governance
  • Neoliberalisasi Global
  • Krisis Finansial Global 2008-2009
  • Ketidakadilan Terstruktur
  • Teknisi Ilmu Sosial vs. Ilmuwan Sosial Kritis
  • Analisa Kelas

Perkembangan Ilmu Sosial Tidak Otonom

Ilmu sosial, termasuk di Indonesia, tidak pernah berkembang secara otonom. Lembaga dan individu yang terlibat di dalamnya selalu terkait dengan struktur kekuasaan yang lebih luas, yang mempengaruhi cara kerja mereka secara langsung maupun tidak langsung, disadari maupun tidak disadari.

Konteks Sejarah: Dua Fase

Perkembangan ilmu sosial di Indonesia dalam 50-60 tahun terakhir dapat diidentifikasi dalam dua fase:

  1. Fase Perang Dingin dan Orde Baru: Ditandai oleh negara otoriter Orde Baru.
  2. Fase Pasca-Perang Dingin: Ditandai oleh euforia kemenangan liberalisme ala Amerika Serikat dan semakin berjayanya kekuatan modal.

Meskipun ada campur baur, kedua fase ini memberikan konteks penting.

Akibat Konteks Sosial: Tema dan Perspektif yang Termarjinalkan

Akibat dari konteks sosial tersebut, ada tema-tema tertentu yang diprioritaskan sebagai objek penelitian ilmu sosial, sementara tema-tema lain dimarjinalkan. Perspektif teoritis seperti teori modernisasi mendapatkan posisi khusus, sementara perspektif seperti Marxisme dipinggirkan. Metodologi penelitian yang menunjang cara berpikir ilmu sosial sebagai pelayan kepentingan teknokratis juga didorong, sementara metodologi lain dipinggirkan.

Ilmuwan Sosial vs. Teknisi Ilmu Sosial

Di masa Orde Baru, ilmuwan sosial cenderung menjadi teknisi ilmu sosial, menguasai teknik pengumpulan dan analisis data, tetapi kurang memiliki imajinasi sosial dan sejarah untuk mengintegrasikan kondisi sosial secara mendalam dan kritis. Hal ini berjalan seiring dengan agenda politik Orde Baru untuk meredam konflik, perlawanan, dan demi stabilitas sosial serta pembangunan ekonomi yang mementingkan modal besar. Ilmu sosial yang mempertanyakan hal ini dipinggirkan.

Pengaruh Jatuhnya Tembok Berlin dan Liberalisme

Jatuhnya Tembok Berlin dan kemenangan liberalisme ala Amerika Serikat mempengaruhi perkembangan ilmu sosial secara global. Lembaga internasional seperti Bank Dunia memfokuskan perhatian pada tema-tema seperti masyarakat madani, tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), dan modal sosial. Tujuannya adalah menghasilkan populasi yang tertib dan tunduk pada kebutuhan ekonomi pasar, menginternalisasi nilai-nilai kemajuan pasar sebagai sesuatu yang objektif dan netral.

Reformasi dan Neoliberalisasi di Indonesia

Reformasi di Indonesia, dengan masuknya lembaga internasional dan pendanaan asing, juga memunculkan penelitian tentang masyarakat madani dan good governance. Namun, masyarakat madani yang didorong adalah yang pro-neoliberalisasi global. Good governance dipahami sebagai pembentukan institusi yang cocok untuk beroperasinya pasar.

Persamaan dengan Periode Sebelumnya: Berpikir Teknis

Seperti periode sebelumnya, orang diajak untuk berpikir secara teknis, membetulkan undang-undang dan peraturan agar lebih efektif dan efisien, tanpa mempertanyakan logika dasar status quo atau apakah status quo tersebut adil.

Krisis Neoliberalisme dan Kemunculan Kritik

Krisis finansial global 2008-2009 memunculkan gerakan-gerakan yang mengkritik logika dasar neoliberalisasi global karena menghasilkan kesenjangan sosial yang semakin meningkat. Di Indonesia, kritik terhadap neoliberalisasi global muncul dari kelompok-kelompok seperti indoprogress, tetapi tidak mencapai pengaruh yang masif.

Pandemi COVID-19: Menelanjangi Ketidakadilan Terstruktur

Pandemi COVID-19 semakin menelanjangi kenyataan bahwa neoliberalisasi global telah menghasilkan ketidakadilan yang semakin terstruktur. Akses kepada vaksin dan perawatan COVID-19 ditentukan oleh posisi kelas.

Tantangan bagi Indonesianis

Indonesianis terbuai dengan paradigma tata kelola pemerintahan yang baik dan masyarakat madani, sehingga melupakan persoalan ketidakadilan yang semakin terstruktur. Akibatnya, mereka bingung dan kaget dalam menganalisis Indonesia di masa pandemi. Untuk memahami Indonesia di masa pandemi, perlu mempertanyakan status quo, struktur sosial, dan hubungan kekuasaan yang dominan.

Perlunya Diklaim Kembali Tradisi Analisa Kritis

Diperlukan diklaimnya kembali tradisi analisa yang bersifat kritis, termasuk analisa kelas (Marxis maupun non-Marxis), yang selama ini terpinggirkan. Generasi peneliti baru diharapkan dapat menjalankan tugas yang tidak berhasil dilakukan oleh generasi sebelumnya, yaitu mempertanyakan dan menantang secara fundamental status quo dan struktur sosial yang ada.

Notable Quotes

  • "ilmu sosial dimanapun dia berada termasuk Indonesia tidak pernah berkembang secara otonom"
  • "ilmuwan sosial itu cenderung bukan menjadi ilmu sosial lagi ilmuwan sosial lagi dalam banyak hal tetapi menjadi teknisi ilmu sosial"
  • "pandemi copy 19 ini semakin menelanjangi kenyataan bahwa mobilisasi blog neoliberalis Asy global itu telah menghasilkan ketidak adilan yang sifatnya semakin terstruktur"

Technical Terms

  • Otonomi Ilmu Sosial: Kemandirian ilmu sosial dari pengaruh eksternal, terutama kekuasaan.
  • Struktur Kekuasaan: Jaringan hubungan yang menentukan distribusi sumber daya dan pengaruh dalam masyarakat.
  • Modernisasi: Teori yang menyatakan bahwa masyarakat berkembang melalui tahapan-tahapan tertentu menuju modernitas.
  • Positivisme: Pendekatan penelitian yang menekankan pada observasi empiris dan pengukuran kuantitatif.
  • Neoliberalisasi: Kebijakan ekonomi yang menekankan pada deregulasi, privatisasi, dan pasar bebas.
  • Analisa Kelas: Pendekatan yang menganalisis masyarakat berdasarkan kelas sosial dan hubungan kekuasaan di antara mereka.

Conclusion

Perkembangan ilmu sosial di Indonesia selalu dipengaruhi oleh konteks politik dan ekonomi yang lebih luas. Selama Orde Baru, ilmu sosial cenderung menjadi alat untuk melayani kepentingan teknokratis dan meredam kritik terhadap status quo. Setelah reformasi, pengaruh neoliberalisme global mendorong fokus pada tema-tema seperti masyarakat madani dan good governance, tetapi mengabaikan persoalan ketidakadilan yang semakin terstruktur. Pandemi COVID-19 menelanjangi ketidakadilan ini dan menuntut ilmuwan sosial untuk kembali pada tradisi analisa kritis dan mempertanyakan status quo.

Chat with this Video

AI-Powered

Hi! I can answer questions about this video "Kuliah Umum Profesor Vedi Hadiz: Perkembangan Ilmu Sosial Di Indonesia". What would you like to know?

Chat is based on the transcript of this video and may not be 100% accurate.

Related Videos

Ready to summarize another video?

Summarize YouTube Video